Selamat Datang di Notebook Sharie

Senin, 20 Juni 2016

[Review] Malam-Malam Terang




Judul              : Malam-Malam Terang
Penulis            : Tasniem Fauzia Rais dan Ridho Rahmadi
Editor             : Donna Widjajanto
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit              : Desember 2015
Tebal               : 246 Halaman
ISBN              : 978-602-032-454-8


“…jadikan kegagalan sahabat setiamu. Bukan berarti kamu harus selalu gagal, namun ketika kegagalan datang, sambutlah ia sebagai sahabat. Mengapa? Karena kegagalan adalah cermin yang mengingatkan kita untuk berusaha lebih baik. Tanpa cermin itu kita tidak bisa melihat diri sendiri, tidak bisa mengevaluasi diri.” (Hal. 66)


EBTANAS (sekarang dikenal dengan UN) selalu menjadi momok yang sangat menakutkan bagi seluruh siswa yang berada di tahun terakhir di tingkatannya. Bagaimana nasib seorang siswa ditentukan dengan nilai yang dia dapat saat ujian yang berlangsung selama seminggu. Padahal belajar itu adalah suatu proses, yang tidak bisa dinilai dengan instan.

Tasniem, salah satu siswa SMP di Jogja juga merasakan bagaimana EBTANAS merenggut impiannya. Dia gagal mendapatkan nilai yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke SMA favoritnya. Kegagalan yang membuatnya mengurung diri di kamar sampai beberapa hari, tidak berbicara dengan kedua orangtuanya, dan bahkan malu untuk bertemu dengan teman-temannya.


Sampai suatu hari, Tasniem memutuskan untuk merantau. Dia ingin melanjutkan sekolahnya di Singapura. Keputusan yang akhirnya disetujui oleh kedua orang tuanya.



Bersekolah di negeri orang ternyata tidaklah mudah bagi Tasniem. Sama seperti yang dialami banyak orang, dia mengalami yang namanya homesick, tidak percaya diri, dan menghindari berbicara dengan orang lain (karena Tasniem merasa kemampuan bahasa Inggrisnya kurang lancar).

Sekolah di Singapura juga tidak menjadikan Tasniem tidak merasakan kegagalan lagi. Dia bahkan pernah gagal di ujian komputer. Kegagalan yang didapat karena dia ceroboh membaca instruksi di soal ujian.

Yang saya suka dari diri Tasniem adalah kegigihannya untuk mencapai sesuatu. Bagaimana Tasniem selalu menggunakan kekurangan dan kegagalannya sebagai cambuk untuk memperbaiki diri. Seperti bagaimana cara dia memperlancar bahasa Inggrisnya (bisa kita menjadikannya tips), yaitu selalu menjinjing kamus tebal Oxford, menuliskan kata-kata baru dalam bahasa Inggris dalam buku khusus, menonton film tanpa terjemahan, membaca berita di situs berbahasa Inggris dan mendengarkan lagu-lagu barat.

Kisah Tasniem ini juga mengajarkan bahwa perbedaan tidak seharusnya menjadi permusuhan. diceritakan bagaimana persahabatab antara Tasniem dengan ketiga temannya, yang berasal dari negara yang berbeda dan memiliki keyakinan yang berbeda juga. walaupun mereka berbeda, merela saling menghormati. bagaimana ketiga temannya itu tidak menyalakan musik terlalu keras atau mondar-mandir saat Tasniem sedang shalat. bagaimana mereka saling membantu dan menguatkan saat Angelina, salah satu teman Tasniem, mencari bapaknya di Malaysia. Dan bagaimana mereka belajar bersama-sama untuk menghadapi ujian akhir.


“Sekalipun berbeda, kami punya bahasa yang sama. Bahasa toleransi. Bahasa yang membuat kami saling mengerti, tanpa banyak kata-kata.” (Hal. 197)


Bagian yang buat saya terharu adalah saat Tasniem memberikan sepatah-dua patah kata di podium. Bagaimana dia membuat bangga kedua orangtuanya, yang saya tahu itu sulit. Bahkan saya sendiri belum bisa membuat bangga kedua orang tua saya.

Diceritakan dengan POV orang ketiga, penulis benar-benar membawa kita merasakan semua yang dialami oleh Tasniem. Tidak ada kesan monoton -yang sering saya temukan saat membaca sebuah buku tentang perjalanan hidup seseorang- penulis membawakan kisahnya seru, mengalir begitu saja.

Hanya satu kekurangan buku ini, dari pihak penerbitan, yaitu kavernya yang menurut saya kurang menarik. Apalagi di tiap halaman bab, kertasnya diberi warna hitam (seperti fotokopian). Selain itu tidak ada bookmarknya.

Overall, Buku malam-malam terang ini sangat inspiratif, dan rekomen dibaca oleh semua orang.











Tidak ada komentar:

[Review & Giveaway] Blogtour The Boy Who Bought Me Breakfast During The Whole Year - Ikumisa

Judul: The Boy Who Bought Me Breakfasy During The Whole Year Penulis: Ikumisa Penerbit: Haru Terbit: Februari 2019 Tebal: 356 ISBN: ...