Judul Buku: Love In City of Angels Penulis: Irene Dyah Editor: Donna Widjajanto Desain Sampul: Orkha Creative Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2016 ISBN: 978-602-03-3491-2 |
BLURB
Ajeng Gadis kota besar yang bisa sangat bitchy dalam banyak hal, terutama pernikahan. Baginya, cinta cuma mitos.
Yazan Khan Malaikat, Master Yoda, si Poker Face. Ketenangannya menemani Ajeng membeli test pack, setenang saat ia menyelipkan bunga di tangan gadis itu. Pendek kata, mengerikan.
Earth Pria yang berisiko membuatmu lupa segala, termasuk namamu sendiri.
Cheetah Mamalia yang sebaiknya tidak disebut-sebut Ajeng.
Ibu Dicurigai sudah kehilangan akal sehatnya karena mau menerima kembali pecundang itu.
Masjid Jawa di Bangkok Tempat kisah-kisah bermula.
Krung Thep alias City of Angels alias Bangkok Di kota ini, terlalu tipis batas antara iman dan godaan. Ajeng lebih suka menyebutnya The Sin City.
REVIEW
Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Ayuthaya Mahadilok Phop Nopharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasthan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit.
Huft.
Akhirnya berhasil juga aku menuliskan nama-yang-aneh-dan-susah-untuk-ditulis-bahkan-dibaca-untuk-lidah-orang-Indonesia-termasuk-diriku. Percayakah kamu bila nama sepanjang rangkaian kereta api itu adalah nama asli dari Bangkok? Aku percaya dan terkejut, sekaligus kagum dengan Kak Irene Dyah yang dengan kejeliannya menemukan nama kota di Thailand tersebut yang oleh orang lokalnya biasa menyingkatnya menjadi "Krung Thep" saja.
Love in City of Angels adalah novel karya Kak Irene Dyah yang masuk ke dalam seri "Around The World with Love"-nya Gramedia batch 3. Berbeda dengan dua novel sebelumnya di seri yang sama, Love in marrakech dan Love in Blue City, di novel ini kak Irene menggambarkan tokoh utama perempuannya, Ajeng, yang bitchy dan bebas khas cewek-cewek metropolitan.
Sebenarnya, aku baru pertama kali mengenal sosok Ajeng di novel ini, karna aku memang belum pernah membaca dua novel kak Irene sebelumnya yang memunculkan tokoh Ajeng, yaitu Tiga Cara Mencinta dan Dua Cinta Negeri Sakura. Sehingga aku cukup shock dengan karakter Ajeng yang agak liar.
"Kenapa? Karena kamu mencium aroma dosa? C'mon, don't be too stiff. This is Bangkok. The sin city." - Ajeng (hal. 78)
Ajeng, yang merupakan perempuan dewasa dan mandiri ini, sangat anti dengan yang namanya pernikahan. Bahkan Ajeng mengganggap pernikahan adalah sebuah jebakan betmen yang harus dihindari oleh dirinya. Ketidakpercayaan dirinya akan sebuah ikatan pernikahan ini yang membuat dirinya tidak menganggap serius cowok-cowok yang dekat dengannya. Keluyuran, hang out ke Bar, minum alkohol dan have fun dengan cowok-cowok tampan menjadi kegiatannya di kota Bangkok. Semua hal itu disebabkan oleh masa lalu keluarganya yang tidak utuh.
Berbeda dengan Ajeng, yang "devil", kak Irene menggambarkan Yazan sebagai "angel"-nya. Cowok India yang dijuluki sebagai Master Yoda, merupakan cowok kalem yang taat beribadah. Kesabarannya dalam menghadapi semua sifat dan masalah yang dialami oleh Ajeng, membuat semua perspektif jelek yang ada di pikiran Ajeng perlahan berubah.
"Tapi, terlalu banyak kebetulan yang terjadi di antara kita, Aju. Kalau kamu memang bukan jodohku, kenapa Tuhan menjadikan semuanya mudah bagiku?"
- Yazan (hal. 108)
Menurutku chemistry yang terjalin di antara Ajeng dan Yazan sangat terasa. Kadang aku sebel sendiri dengan sikap dingin yang ditunjukan oleh Ajeng. Kurang romantis apa coba bila ada cowok yang selalu membukakan pintu mobil dan mengirimi coklat setiap hari untuk meminta maaf? Yazan, sini sama aku aja. Haha...
Scene yang paling aku suka adalah saat Yazan menyebutkan lima alasan tentang semua kebetulan yang terjadi diantara dirinya dengan Ajeng. Di setiap alasan tersebut, Yazan mendahuluinya dengan menjatuhkan satu kuntum bunga oranye yang ke atas telapak tangan Ajeng. Sweet banget deh.
"Kadang merasa peduli dan merasa sayang saja tidak cukup. Kita harus menunjukkannya, dengan kata-kata, dengan perbuatan. Tidak semua orang bisa membaca apa yang kamu pikirkan di sini, yang kamu rasakan di sini..."
- Yazan (hal. 146)
Selain bercerita tentang kisah antara Ajeng dan Yazan, di novel ini kak Irene mengajak pembacanya bertravelling-ria ke sudut-sudut kota Bangkok, yang digambarkan secara detail. Aku seperti merasakan secara langsung bagaimana kota Bangkok disebut sebagai The City of Angels ataupun The City of Sin. Bagaimana kota ini mewakili dua sisi dalam manusia, yaitu sisi baik dan sisi buruk, tegantung dari mana kita memandangnya.
"Sudah, sama dia saja. Jangan gonta-ganti terus. Pacar kok kayak baju. Tiap hari ganti."
- Ibu (hal.171)
Aku sangat suka gaya penulisan kak Irene di novel ini. Banyak kejutannya sampai di akhir halaman. Bahkan aku sudah tertipu di dua halaman pada bab 1. Aku mengira ceritanya akan berakhir seperti kisah-kisah penyesalan "after wedding". Banyak hikmah yang bisa diambil dalam novel ini, tentang kepercayaan, memaafkan diri sendiri dan orang terdekat, dan tentang pencarian jalan Tuhan.
"Itu bukan hak kita untuk menghakimi. Bila Allah saja bisa menerima tobat dari dosa-dosa besar, apakah manusia ciptaan-Nya punya pilihan untuk angkuh?"
- Yazan (hal. 148)
- Yazan (hal. 148)
Submitted For:
Lomba Review Buku "Love In City Of Angels" |
IRRC 2017 |
Kategori Ebook |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar