Judul :
The Girl On The Train
Penulis :
Paula Hawkins
Penerbit : Doubleday,
Random House Group Company
Penerjemah : Ingrid Nimpoeno
Editor : Rina
Wulandari
Penerbit
di Indonesia : Noura Books (PT
Mizan Publika)
Terbit : Agustus
2015
Tebal : 431 Hal.
ISBN :
978-602-0989-97-6
Rachel
menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Di pinggiran kota London,
keretanya akan berhenti di sebuah sinyal perlintasan, tepat di depan rumah
nomor lima belas. Tempat sepasang suami istri menjalin kehidupan yang tampak
bahagia, bahkan nyaris sempurna. Pemandangan ini mengingatkan Rachel pada
kehidupannya sendiri yang sebelumnya sempurna.
Pada suatu
pagi, Rachel menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta
mulai bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini pandangannya terhadap pasangan
itu pun berubah.
************
SINOPSIS
Dia terkubur di bawah pohon
birkin perak, di dekat rel kereta api tua, kuburannya ditandai dengan tumpukan
batu. Sesungguhnya hanya setumpuk kecil batu. Aku tidak ingin tempat
peristirahatannya tampak mencolok, tapi aku tidak bisa meninggalkannya tanpa
kenangan. Dia akan tidur dengan damai disana, tak seorangpun mengusiknya, tidak
ada suara kecuali kicau burung dan gemuruh kereta yang melintas.
Rachel,
seorang alcoholic, yang setiap hari berpura-pura berangkat bekerja ke London.
Ia selalu menaiki kereta pukul 8.04 pagi hari dari Ashbury ke Euston. Kereta
itu selalu berhenti di sebuah sinyal perlintasan di pinggiran kota London.
Dimana ia selalu berkesempatan melihat
rumah bernomor lima belas, rumah yang dimiliki oleh sepasang suami
istri, yang ia beri nama Jason dan Jess. Rachel dapat memperhatikan tingkah laku
pasangan tersebut dari balik jendela kereta, yang menurutnya merupakan pasangan
yang hebat dan sempurna. Namun, penilaiannya berubah pada suatu pagi, saat
dirinya melihat Jess bersama lelaki lain.
Aku bisa melihat Jess di
kebunnya, dan di belakangnya tampak seorang lelaki berjalan keluar dari rumah.
Dia membawa sesuatu – mungkin secangkir kopi – aku memandangnya dan menyadari
bahwa dia bukan Jason. Lelaki ini lebih tinggi, langsing, berkulit lebih gelap.
Dia teman keluarga; dia saudara laki-laki Jess atau Jason. Dia membungkuk,
meletakan kedua cangkir itu di meja logam di beranda mereka. Dia sepupu dari
Austalia, menginap selama beberapa minggu; dia teman terlama Jason, pengiring
mempelai laki-laki di pernikahan mereka. Jess berjalan mendekat, memeluk
pinggang lelaki itu, lalu menciumnya, anjang dan mendalam.
(Hal.
37)
Sabtu,
13 Juli, Rachel memutuskan untuk memberitahukan hal tersebut kepada Jason. Namun,
ia ragu. Bukan tentang Jess, tetapi ragu kalau dirinya akan kembali ke Blenheim
Road. Rumah Jess dan Jason hanya berjarak empat pintu dari rumahnya dahulu, rumah
nomor dua puluh tiga yang sekarang menjadi tempat tinggal dari mantan suaminya,
Tom Watson, bersama isterinya, Anna dan anak perempuannya yang masih bayi,
Evie.
Anna
membenci Rachel, karena Rachel masih sering menghubungi suaminya, sering
berkeliaran di sekitar rumahnya, bahkan ia pernah menerobos masuk ke rumahnya
dan menggendong Evie.
Keesokan
harinya, ia membaca sebuah berita, bahwa Jess, yang bernama asli Megan Hipwell
menghilang pada sabtu malam itu. Sayangnya Rachel tidak dapat mengingat
sepenuhnya kejadian hari itu, karena ia dalam keadaan sangat mabuk.
Terjadi sesuatu, aku tahu itu.
Aku tidak bisa membayangkannya, tapi bisa merasakannya. Bagian mulutku terasa
sakit, seakan aku telah menggigit pipi bagian dalamku, dan ada bau logam darah
di lidahku. Aku merasa mual, pening. Kutelusuri kedua tanganku ke rambut, ke
atas kulit kepala. Aku tersentak. Ada benjolan, empuk dan menyakitkan, di sisi
kanan kepalaku. Rambutku kusut oleh darah. (Hal.51)
Rachel
mencoba mengembalikan ingatannya tentang hari itu. Sulit, karena ia juga harus
berusaha menjauhi pengaruh alcohol yang menguasainya. Akhirnya ia memberitahu
Scott Hipwell, suami Megan bahwa istrinya berselingkuh. Scott yakin bahwa lelaki
yang sesuai ciri-cirinya adalah Dr. Kamal Abdic, terapis Megan yang disarankan
oleh dirinya sendiri.
Semakin
Rachel berusaha menemukan jejak ingatannya yang hilang, semakin ia dilanda
ketakutan. Takut jika ingatan tersebut tidak sesuai harapannya. Dan fakta bahwa
Megan ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dan sedang mengandung.
***
Ini
novel thriller pertama yang ditulis oleh Paula Hawkins. Penulis menceritakan
dari tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu Rachel, Megan dan Anna. Dan
uniknya, ketiganya adalah perempuan. Perempuan dengan segala permasalahannya dalam pernikahan mereka, tentang masa lalu, tentang kecanduan alkohol.
Alurnya
dibuat maju dan mundur secara bergantian. Awalnya membuat saya sedikit bingung,
dan mengharuskan saya membuka halaman sebelumnya, untuk melihat tanggal
kejadian ketiga tokoh tersebut bercerita. Tapi selanjutnya, seperti kereta yang
sedang bergerak, meluncur dengan cepat di atas rel, penulis membuat saya tak
bisa berhenti membaca. Saya dibuat penasaran dengan semua tokoh dalam novel
tersebut hingga halaman terakhir.
Saya dibuat terkejut dengan ending-nya. Penulis memberikan fakta-fakta yang mencengangkan di akhir cerita. sangat brilian. novel ini recomended untuk pembaca yang menyukai thriller. Saya memberi rate 4/5 untuk novel ini.
Saya dibuat terkejut dengan ending-nya. Penulis memberikan fakta-fakta yang mencengangkan di akhir cerita. sangat brilian. novel ini recomended untuk pembaca yang menyukai thriller. Saya memberi rate 4/5 untuk novel ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar